LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
REAKSI PENGENALAN GAS
OLEH
Nama : MIRA
SOFIA
NIM : D1A140967
Partner
1.
Nama / NIM : GERI NUGRAHA
2.
Nama
/ NIM : IKA NURUL
LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL- GHIFARI
BANDUNG
2015
REAKSI PENGENALAN GAS
BAB I
PRINSIP DAN TUJUAN
1.1.PRINSIP PERCOBAAN
Berdasarkan reaksi
pembentukan gas
1.2.TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui dan
mengenal pembuatan gas
BAB II
TEORI PENUNJANG
2.1 Hidrogen (bahasa Latin: hydrogenium,
dari bahasa Yunani: hydro:
air, genes: membentuk) adalah unsur kimia
pada tabel periodik
yang memiliki simbol H dan nomor atom 1.
Pada suhu dan tekanan standar,
hidrogen tidak berwarna, tidak berbau, bersifat non-logam,
bervalensi
tunggal, dan merupakan gas diatomik
yang sangat mudah terbakar.
Dengan massa atom
1,00794 amu, hidrogen adalah unsur teringan di dunia.
Hidrogen juga adalah unsur paling melimpah
dengan persentase kira-kira 75% dari total massa unsur alam semesta. Kebanyakan
bintang
dibentuk oleh hidrogen dalam keadaan plasma.
Senyawa hidrogen relatif langka dan jarang dijumpai secara alami di bumi,
dan biasanya dihasilkan secara industri dari berbagai senyawa hidrokarbon
seperti metana.
Hidrogen juga dapat dihasilkan dari air melalui proses elektrolisis,
namun proses ini secara komersial lebih mahal daripada produksi hidrogen dari
gas alam.
Hidrogen
sangatlah mudah terbakar di udara bebas.
Bentuk monoatomik
Atom H, juga disebut hidrogen nasen atau hidrogen
atomik, diklaim eksis secara fana namun cukup lama untuk menimbulkan reaksi
kimia. Menurut klaim itu, hidrogen nasen dihasilkan secara in situ,
biasanya reaksi antara seng dengan
asam,
atau dengan elektrolisis
pada katode.
Sebagai molekul monoatomik, atom H sangat reaktif dan oleh karena itu adalah
reduktor yang lebih kuat dari H2 diatomik, namun pertanyaan kuncinya
terletak pada keberadaan atom H itu sendiri. Konsep ini lebih populer di bidang
teknik dan di literatur-literatur lama.
Hidrogen nasen diklaim mereduksi nitrit menjadi ammonia
atau arsenik
menjadi arsina bahkan dalam keadaan lunak.
Penelitian yang lebih mendetil menunjukkan lintasan alternatif lainnya dan
bukanlah atom H.
Atom hidrogen dapat dihasilkan pada temperatur yang
cukup tinggi (>2000 K) agar molekul H2 dapat berdisosiasi. Selain
itu, radiasi elektromagentik di atas 11 eV
juga dapat diserap H2 dan menyebabkan disosiasi.
Kadang kala, hidrogen yang terserap secara kimiawi
pada permukaan logam juga dirujuk sebagai hidrogen nasen, walaupun terminologi
ini sudah mulai ditinggalkan. Pandangan lainnya mengatakan
bahwa hidrogen yang terserap secara kimiawi itu "kurang reaktif" dari
hidrogen nasen disebabkan oleh ikatan yang dihasilkan oleh permukaan katalis
logam tersebut.
2.2 Senyawa-senyawa
Senyawa kovalen dan senyawa
organik
Walaupun H2 tidaklah begitu reaktif dalam
keadaan standar, ia masih dapat membentuk senyawa dengan kebanyakan unsur.
Jutaan jenis hidrokarbon
telah diketahui, namun itu semua tidaklah dihasilkan secara langsung dari
hidrogen dan karbon. Hidrogen dapat membentuk senyawa dengan unsur yang lebih elektronegatif seperti halogen
(F, Cl, Br, I); dalam senyawa ini hidrogen memiliki muatan
parsial positif.
Hidrida
Senyawa hidrogen sering disebut sebagai hidrida,
sebuah istilah yang tidak mengikat. Oleh kimiawan, istilah "hidrida"
biasanya memiliki arti atom H yang mendapat sifat anion, ditandai dengan H−.
Keberadaan anion hidrida, dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis
pada tahun 1916 untuk gologngan I dan II hidrida garam, didemonstrasikan oleh
Moers pada tahun 1920 dengan melakukan elektrolisis litium hidrida cair (LiH) yang
menghasilkan sejumlah hidrogen pada anode.
Proton dan asam
Oksidasi H2 secara formal menghasilkan proton H+.
Spesies ini merupakan topik utama dari pembahasan asam,
walaupun istilah proton digunakan secara longgar untuk merujuk pada hidrogen
kationik yang positif dan ditandai dengan H+.
Isotop
Protium,
isotop hidrogen yang paling umum dijumpai, memiliki satu proton dan satu
elektron. Keunikan
isotop ini adalah ia tidak mempunya neutron
Hidrogen adalah satu-satunya unsur yang memiliki tiga
nama berbeda untuk isotopnya. (Dalam awal perkembangan keradioaktivitasan,
beberapa isotop radioaktif berat diberikan nama, namun nama-nama tersebut tidak
lagi digunakan). Simbol D dan T kadang-kadang digunakan untuk merujuk pada
deuterium dan tritium, namun simbol P telah digunakan untuk merujuk pada fosfor,
sehingga tidak digunakan untuk merujuk pada protium.
Aplikasi
Sejumlah besar H2 diperlukan dalam industri
petrokimia dan kimia. Penggunaan terbesar H2 adalah untuk memproses
bahan bakar fosil dan dalam pembuatan ammonia.
Konsumen utama dari H2 di kilang petrokimia meliputi hidrodealkilasi, hidrodesulfurisasi,
dan penghidropecahan
(hydrocracking). H2 memiliki beberapa kegunaan yang penting. H2
digunakan sebagai bahan hidrogenasi, terutama dalam peningkatan kejenuhan dalam
lemak takjenuh dan minyak nabati
(ditemukan di margarin), dan dalam produksi metanol.
Ia juga merupakan sumber hidrogen pada pembuatan asam klorida. H2
juga digunakan sebagai reduktor
pada bijih
logam.
Selain digunakan sebagai pereaksi, H2
memiliki penerapan yang luas dalam bidang fisika dan teknik. Ia digunakan
sebagai gas penameng di metode pengelasan
seperti pengelasan hidrogen
atomik. H2 digunakan sebagai pendingin rotor di generator pembangkit listrik
karena ia mempunyai konduktivitas termal yang paling tinggi di antara semua
jenis gas. H2 cair digunakan di riset kriogenik
yang meliputi kajian superkonduktivitas.
Oleh karena H2 lebih ringan dari udara, hidrogen pernah digunakan
secara luas sebagai gas pengangkat pada kapal udara balon.
Hidrogen mendatangkan beberapa bahaya kesehatan pada
manusia, mulai dari potensi ledakan dan kebakaran ketika tercampur dengan
udara, sampai dengan sifatnya yang menyebabkan asfiksia
pada keadaan murni tanpa oksigen.]
Selain itu, hidrogen cair
adalah kriogen dan sangat berbahaya
oleh karena suhunya yang sangat rendah. Hidrogen larut dalam beberapa logam dan
selain berpotensi kebocoran, juga dapat menyebabkan perapuhan hidrogen
Gas hidrogen yang mengalami kebocoran dapat menyala dengan spontan. Selain itu
api hidrogen sangat panas, namun hampir tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang, sehingga dapat menyebabkan kasus kebakaran yang tak terduga.
Data wewanti keselamatan hidrogen dapat dikacaukan
oleh beberapa sebab. Sifat-sifat fisika dan kimia hidrogen sangat bergantung
pada nisbah parahidrogen/ortohidrogen yang memerlukan beberapa hari untuk
mencapai kesetimbangan (biasanya data yang diberikan merupakan data pada saat
hidrogen mencapai kesetimbangan). Parameter ledakan hidrogen, seperti tekanan
dan temperatur kritis ledakan sangat bergantung pada geometri wadah penampung
hidrogen
2.3 AMONIA
2.4 Karbon dioksida
Karbon dioksida (rumus
kimia: CO2) atau zat asam arang
adalah sejenis senyawa
kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan
standar dan hadir di atmosfer
bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi
kira-kira 387 ppm berdasarkan volume walaupun jumlah ini bisa
bervariasi tergantung pada lokasi dan waktu. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang penting karena ia menyerap gelombang inframerah dengan kuat.
Karbon dioksida dihasilkan oleh semua hewan,
tumbuh-tumbuhan, fungi, dan mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada proses fotosintesis. Oleh karena itu, karbon dioksida merupakan komponen penting dalam siklus karbon. Karbon dioksida juga dihasilkan dari hasil samping pembakaran bahan bakar fosil. Karbon dioksida anorganik dikeluarkan dari gunung
berapi dan proses geotermal lainnya seperti pada mata
air panas.
Karbon dioksida tidak mempunyai bentuk cair pada tekanan
di bawah 5,1 atm namun langsung menjadi
padat pada temperatur di bawah -78 °C. Dalam bentuk padat, karbon dioksida
umumnya disebut sebagai es
kering.
Karbon dioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak
berbau. Ketika dihirup pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi
karbon dioksida di atmosfer, ia akan terasa asam di mulut dan mengengat di
hidung dan tenggorokan. Efek ini disebabkan oleh pelarutan gas di membran mukosa dan saliva, membentuk larutan asam
karbonat yang lemah. Sensasi ini juga dapat dirasakan ketika
seseorang bersendawa setelah meminum air berkarbonat (misalnya Coca
Cola). Konsentrasi yang lebih besar dari 5.000 ppm tidak baik
untuk kesehatan, sedangkan konsentrasi lebih dari 50.000 ppm dapat membahayakan
kehidupan hewan.
Pada keadaan STP, rapatan karbon dioksida berkisar sekitar 1,98 kg/m³, kira kira 1,5
kali lebih berat dari udara. Molekul karbon dioksida (O=C=O) mengandung dua ikatan rangkap yang berbentuk linear. Ia tidak bersifat dipol. Senyawa ini tidak begitu reaktif dan tidak mudah terbakar, namun bisa membantu pembakaran logam seperti magnesium.
Pada suhu −78,51° C, karbon dioksida langsung menyublim menjadi padat melalui proses deposisi. Bentuk padat karbon dioksida biasa disebut sebagai "es
kering". Fenomena ini pertama kali dipantau oleh seorang
kimiawan Perancis, Charles Thilorier, pada tahun 1825. Es kering biasanya digunakan sebagai zat pendingin
yang relatif murah. Sifat-sifat yang menyebabkannya sangat praktis adalah
karbon dioksida langsung menyublim menjadi gas dan tidak meninggalkan cairan.
Penggunaan lain dari es kering adalah untuk pembersihan sembur.
Cairan kabon dioksida terbentuk hanya pada tekanan di
atas 5,1 atm; titik
tripel karbon dioksida kira-kira 518 kPa pada −56,6 °C (Silakan lihat diagram fase di atas). Titik
kritis karbon dioksida adalah 7,38 MPa pada 31,1 °C.[3]
Terdapat pula bentuk amorf karbon dioksida yang seperti kaca, namun ia tidak terbentuk pada
tekanan atmosfer. Bentuk kaca ini, disebut sebagai karbonia, dihasilkan dari pelewatbekuan CO2 yang terlebih dahulu dipanaskan pada tekanan ekstrem
(40-48 GPa atau kira-kira 400.000 atm)
di landasan intan. Penemuan ini mengkonfirmasikan teori yang menyatakan bahwa karbon
dioksida bisa berbentuk kaca seperti senyawa lainnya yang sekelompok dengan
karbon, misalnya silikon dan germanium. Tidak seperti kaca silikon dan germanium, kaca karbonia tidak stabil
pada tekanan normal dan akan kembali menjadi gas ketika tekanannya dilepas.
Sejarah pemahaman manusia
Pada abad ke-17, seorang kimiawan Fleming, Jan
Baptist van Helmont, menemukan bahwa arang yang dibakar pada bejana tertutup akan menghasilkan abu yang massanya
lebih kecil dari massa arang semula. Dia berkesimpulan bahwa sebagian arang
tersebut telah ditransmutasikan menjadi zat yang tak terlihat, ia menamakan zat
tersebut sebagai "gas" atau spiritus sylvestre (Bahasa
Indonesia: arwah liar).
Sifat-sifat karbon dioksida dipelajari lebih lanjut pada
tahun 1750 oleh fisikawan Skotlandia Joseph
Black. Dia menemukan bahwa batu
kapur (kalsium karbonat) dapat dibakar atau diberikan asam dan menghasilkan gas yang dia namakan sebagai "fixed air".
Dia juga menemukan bahwa gas ini lebih berat daripada udara dan ketika
digelembungkan dalam larutan kapur (kalsium hidroksida) akan mengendapkan kalsium karbonat. Dia menggunakan fenomena ini untuk mengilustrasikan
bahwa karbon dioksida dihasilkan dari pernapasan hewan dan fermentasi mikrob.
Pada tahun 1772, seorang kimiawan Inggris Joseph
Priestley mempublikasikan sebuah jurnal yang berjudul Impregnating
Water with Fixed Air. Dalam jurnal tersebut, dia menjelaskan proses
penetesan asam
sulfat (atau minyak vitriol seperti yang Priestley
sebut) ke kapur untuk menghasilkan karbon dioksida dan memaksa gas itu untuk
larut dengan menggoncangkan semangkuk air yang berkontak dengan gas.
Karbon dioksida pertama kali dicairkan (pada tekanan
tinggi) pada tahun 1823 oleh Humphry
Davy dan Michael
Faraday. Deskripsi pertama mengenai karbon dioksida padat
dilaporkan oleh Charles Thilorier ketika pada tahun 1834 dia membuka kontainer karbon dioksida cair yang
diberikan tekanan dan menemukan pendinginan tersebut menghasilkan penguapan
yang menghasilkan "salju" CO2 padat.
Isolasi
Karbon dioksida bisa kita dapatkan dengan distilasi udara. Namun cara ini hanya menghasilkan CO2 yang sedikit.
Berbagai jenis reaksi kimia dapat menghasilkan karbon dioksida, seperti reaksi
pada kebanyakan asam dengan karbonat logam. Reaksi antara asam
sulfat dengan kalsium karbonat adalah:
H2SO4 + CaCO3 → CaSO4 + H2CO3
H2CO3 kemudian terurai menjadi air dan CO2. Reaksi ini diikuti
dengan pembusaan atau penggelembungan.
Pembakaran dari semua bahan bakar yang mengandung karbon, seperti metana (gas
alam), distilat minyak bumi (bensin, diesel, minyak
tanah, propana), arang dan kayu akan menghasilkan karbon dioksida. Sebagai contohnya
reaksi antara metana dan oksigen:
CH4 + 2 O2 → CO2 + 2 H2O
Besi direduksi dari oksida besi dengan kokas pada tungku sembur, menghasilkan pig iron dan karbon dioksida:
2 Fe2O3 + 3 C → 4 Fe + 3 CO2
Khamir mencerna gula dan menghasilkan karbon dioksida beserta etanol pada proses pembuatan anggur, bir, dan spiritus lainnya:
C6H12O6 → 2 CO2 + 2 C2H5OH
Semua organisme aerob menghasilkan CO2
dalam proses pembakaran karbohidrat, asam
lemak, dan protein pada mitokondria di dalam sel.
Reaksi-reaksi yang terlibat dalam proses pembakaran ini sangatlah rumit dan
tidak bisa dijelaskan dengan mudah. (Lihat pula: respirasi
sel, respirasi anaerob, dan fotosintesis).
Karbon dioksida larut dalam air dan secara spontan membentuk H2CO3
(asam karbonat) dalam kesetimbangan dengan CO2. Konsentrasi
relatif antara CO2, H2CO3,
dan HCO3− (bikarbonat) dan CO32−(karbonat) bergantung pada kondisi pH larutan. Dalam air yang bersifat netral atau sedikit basa (pH >
6,5), bentuk bikarbonat mendominasi (>50%). Dalam air yang bersifat basa
kuat (pH > 10,4), bentuk karbonat mendominasi. Bentuk karbonat dan
bikarbonat memiliki kelarutan yang sangat baik. Dalam air laut (dengan pH = 8,2
- 8,5), terdapat 120 mg bikarbonat per liter.
Produksi dalam skala industri
Karbon dioksida secara garis besar dihasilkan dari enam
proses:
- Sebagai hasil samping dari pengilangan ammonia dan hidrogen, di mana metana dikonversikan menjadi CO2.
- Dari pembakaran kayu dan bahan bakar fosil;
- Sebagai hasil samping dari fermentasi gula pada proses peragian bir, wiski, dan minuman beralkohol lainnya;
- Dari proses penguraian termal batu kapur, CaCO3;
- Sebagai produk samping dari pembuatan natrium fosfat;
- Secara langsung di ambil dari mata air yang karbon dioksidanya dihasilkan dari pengasaman air pada batu kapur atau dolomit.
Di atomosfer bumi
Karbon dioksida di atmosfer
bumi dianggap sebagai gas kelumit dengan konsentrasi sekitar 385 ppm berdasarkan volume dan 582 ppm
berdasarkan massa. Massa atmosfer
bumi adalah 5,14×1018 kg, sehingga massa total
karbon dioksida atmosfer adalah 3,0×1015 kg (3.000 gigaton).
Konsentrasi karbon dioksida bervariasi secara musiman (lihat grafik di
samping). Di wilayah perkotaan, konsentrasi karbon dioksida secara umum lebih
tinggi, sedangkan di ruangan tertutup, ia dapat mencapai 10 kali lebih besar dari
konsentrasi di atmosfer terbuka.
Oleh karena aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan, konsentrasi karbon dioksida di atmosfer telah meningkat sekitar 35%
sejak dimulainya revolusi
industri. Pada tahun 1999, 2.244.804.000 ton CO2
dihasilkan di Amerika Serikat dari pembangkitan energi listrik. Laju
pengeluaran ini setara dengan 0,6083 kg per kWh.
Lima ratus juta tahun yang lalu, keberadaan karbon
dioksida 20 kali lipat lebih besar dari yang sekarang dan menurun 4-5 kali
lipat semasa periode Jura dan secara lambat menurun sampai dengan revolusi
industri.[13][14]
Sampai dengan 40% dari gas yang dimuntahkan oleh gunung berapi semasa ledakan subaerial adalah karbon dioksida. Menurut perkiraan
paling canggih, gunung berapi melepaskan sekitar 130-230 juta ton CO2 ke atmosfer setiap tahun. Karbon dioksida
juga dihasilkan oleh mata air panas, seperti yang terdapat di situs Bossoleto
dekat Terme Rapolano di Toscana, Italia. Di sini, di depresi yang berbentuk
mangkuk dengan diameter kira-kira 100 m, konsentrasi CO2
setempat meningkat sampai dengan lebih dari 75% dalam semalam, cukup untuk membunuh
serangga-serangga dan hewan yang kecil, namun menghangat dengan cepat ketika
cahaya matahari memancar dan berbaur secara konveksi semasa pagi hari.
Konsentrasi setempat CO2 yang tinggi yang
dihasilkan oleh gangguan air danau dalam yang jenuh dengan CO2
diduga merupakan akibat dari terjadinya 37 kematian di Danau Moboun, Kamerun pada 1984 dan 1700 kematian
di Danau Nyos,
Kamerun. Namun, emisi CO2 yang diakibatkan
oleh aktivitas manusia sekarang adalah 130 kali lipat lebih besar dari kuantitas
yang dikeluarkan gunung berapi, yaitu sekitar 27 miliar ton setiap tahun.
Di samudera
Terdapat sekitar 50 kali lebih banyak karbon yang
terlarut di dalam samudera dalam bentuk CO2
dan hidrasi CO2 daripada yang terdapat di
atmosfer. Samudera berperan sebagai buangan karbon raksasa dan telah menyerap sekitar sepertiga dari emisi CO2 yang dihasilkan manusia." Secara umum,
kelarutan akan berkurang ketika temperatur air bertambah. Oleh karena itu,
karbon dioksida akan dilepaskan dari air samudera ke atmosfer ketika temperatur
samudera meningkat.
Kebanyakan CO2 yang
berada di samudera berbentuk asam karbonat. Sebagian dikonsumsi oleh organisme
air sewaktu fotosintesis dan sebagain kecil lainnya tenggelam dan meninggalkan
siklus karbon. Terdapat kekhawatiran meningkatnya konsentrasi CO2 di udara akan meningkatkan keasaman air laut,
sehiggga akan menimbulkan efek-efek yang merugikan terhadap organisme-organisme
yang hidup di air.
Peranan biologis
Karbon dioksida adalah hasil akhir dari organisme yang
mendapatkan energi dari penguraian gula, lemak, dan asam
amino dengan oksigen sebagai bagian dari metabolisme dalam proses yang dikenal sebagai respirasi
sel. Hal ini meliputi semua tumbuhan, hewan, kebanyakan
jamur, dan beberapa bakteri. Pada hewan tingkat tinggi, karbon dioksida
mengalir di darah dari jaringan tubuh ke paru-paru untuk dikeluarkan. Pada
tumbuh-tumbuhan, karbon dioksida diserap dari atmosfer sewaktu fotosintesis.
Peranan pada fotosintesis
Tumbuh-tumbuhan mengurangi kadar karbon dioksida di
atomosfer dengan melakukan fotosintesis, disebut juga sebagai asimilasi karbon, yang menggunakan energi cahaya untuk memproduksi materi organik dengan
mengkombinasi karbon dioksida dengan air. Oksigen bebas dilepaskan sebagai gas
dari penguraian molekul air, sedangkan hidrogen dipisahkan menjadi proton dan
elektron, dan digunakan untuk menghasilkan energi kimia via fotofosforilasi. Energi ini diperlukan untuk fiksasi karbon dioksida pada siklus Kalvin untuk membentuk gula. Gula ini kemudian digunakan untuk pertumbuhan
tumbuhan melalui repirasi
Walaupun terdapat lubang angin, karbon dioksida haruslah
dimasukkan ke dalam rumah kaca untuk menjaga pertumbuhan tanaman oleh karena
konsentrasi karbon dioksida dapat menurun selama siang hari ke level 200 ppm.
Tumbuhan memiliki potensi tumbuh 50 persen lebih cepat pada konsentrasi CO2 sebesar 1.000 ppm.
Tumbuh-tumbuhan juga mengeluarkan CO2
selama pernapasan, sehingga tumbuhan yang berada pada tahap pertumbuhan sajalah
yang merupakan penyerap bersih CO2. Sebagai
contoh, hutan tumbuh akan menyerap berton-ton CO2
setiap tahunnya, namun hutan matang akan menghasilkan CO2
dari pernapasan dan dekomposisi sel-sel mati sebanyak yang dia gunakan untuk
biosintesis tumbuhan. Walaupun demikian, hutan matang jugalah penting sebagai buangan karbon, membantu menjaga keseimbangan atmosfer bumi. Selain itu, fitoplankton
juga menyerap CO2 yang larut di air laut,
sehingga mempromosikan penyerapan CO2 dari
atmosfer.
Toksisitas
Kandungan karbon dioksida di udara segar bervariasi
antara 0,03% (300ppm) sampai dengan 0,06% (600 ppm) bergantung pada lokasi.
Menurut Otoritas Keselamatan Maritim Australia,
"Paparan berkepanjangan terhadap konsentrasi karbon dioksida yang sedang
dapat menyebabkan asidosis dan efek-efek merugikan pada metabolisme kalsium
fosforus yang menyebabkan peningkatan endapan kalsium pada jaringan lunak.
Karbon dioksida beracun kepada jantung dan menyebabkan menurunnya gaya kontraktil.
Pada konsentrasi tiga persen berdasarkan volume di udara, ia bersifat narkotik
ringan dan menyebabkan peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, dan
menyebabkan penurunan daya dengar. Pada konsentrasi sekitar lima persen
berdasarkan volume, ia menyebabkan stimulasi pusat pernapasan, pusing-pusing,
kebingungan, dan kesulitan pernapasan yang diikuti sakit kepala dan sesak
napas. Pada konsentrasi delapan persen, ia menyebabkan sakit kepala,
keringatan, penglihatan buram, tremor, dan kehilangan kesadaran setelah paparan
selama lima sampai sepuluh menit."
Oleh karena bahaya kesehatan yang diasosiasikan dengan
paparan karbon dioksida, Administrasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Amerika
Serikat menyatakan bahwa paparan rata-rata untuk orang dewasa yang sehat selama
waktu kerja 8 jam sehari tidak boleh melebihi 5.000 ppm (0,5%). Batas aman
maksimum untuk balita, anak-anak, orang tua, dan individu dengan masalah
kesehatan kardiopulmonari (jatung dan paru-paru) secara signifikan lebih kecil.
Untuk paparan dalam jangka waktu pendek (di bawah 10 menit), batasan dari
Institut Nasional untuk Kesehatan dan Keamanan Kerja Amerika Serikat (NIOSH)
adalah 30.000 ppm (3%). NIOSH juga menyatakan bahwa konsentrasi karbon dioksida
yang melebihi 4% adalah langsung berbahaya bagi keselamatan jiwa dan
kesehatanAdaptasi terhadap peningkatan kadar CO2
dapat terjadi pada manusia. Inhalasi CO2
yang berkelanjutan dapat ditoleransi pada konsentrasi inspirasi tiga persen
paling sedikit selama satu bulan dan empat persen konsentrasi insiparsi selama
lebih dari satu minggu. Diajukan juga bahwa konsentrasi insipirasi sebesar 2,0
persen dapat digunakan untuk ruangan tertutup (seperti kapal
selam) oleh karena adaptasi ini bersifat fisiologis dan
reversibel. Penurunan kinerja atau pada aktivitas fisik yang normal tidak
terjadi pada tingkat konsentrasi ini.
Gambaran-gambaran ini berlaku untuk karbon dioksida
murni. Dalam ruangan tertutup yang dipenuhi orang, konsentrasi karbondioksida
akan mencapai tingkat yang lebih tinggi daripada konsentrasi di udara bebas.
Konsentrasi yang lebih besar dari 1.000 ppm akan menyebabkan ketidaknyamanan
terhadap 20% penghuni dan ketidaknyamanan ini akan meningkat seiring dengan
meningkatnya konsentrasi CO2.
Ketidaknyamanan ini diakibatkan oleh gas-gas yang dikeluarkan sewaktu
pernapasan dan keringatan manusia, bukan oleh CO2.
Pada konsentrasi 2.000 ppm, mayoritas penghuni akan merasakan ketidaknyamanan
yang signifikan dan banyak yang akan mual-mual dan sakit kepala. Konsentrasi CO2 antara 300 ppm sampai dengan 2.500 ppm
digunakan sebagai indikator kualitas udara dalam ruangan.
Keracunan karbon dioksida akut dikenal sebagai lembap hitam. Para penambang biasanya akan membawa sesangkar burung kenari ketika mereka sedang
bekerja untuk memperingati mereka ketika kadar karbon dioksida mencapat tingkat
yang berbahaya. Burung kenari akan terlebih dahulu mati sebelum kadar CO2 mencapai tingkat yang berbahaya untuk
manusia. Karbon dioksida menyebabkan kematian yang luas di Danau
Nyos di Kamerun pada tahun 1996. Karbon dioksida yang lebih berat yang dikeluarkan
mendorong oksigen keluar, menyebabkan kematian hampir 2000 orang.
Fisiologi manusia
CO2 diangkut di darah dengan tiga cara yang berbeda:
- Kebanyakan (sekitar 70% – 80%) dikonversikan menjadi ion bikarbonat HCO3− oleh enzim karbonat anhidrase di sel-sel darah merah,[28] dengan reaksi
CO2 + H2O → H2CO3 → H+ + HCO3−.
- 5% – 10% larut di plasma
- 5% – 10% diikat oleh hemoglobin sebagai senyawa karbaminoHemoglobin, molekul pengangkut oksigen yang utama pada sel darah merah, mengangkut baik oksigen maupun karbon dioksida. Namun CO2 yang diangkut hemoglobin tidak terikat pada tempat yang sama dengan oksigen. Ia bergabung dengan gugus terminal-N pada empat rantai globin. Namun, karena efek alosterik pada molekul hemoglobin, pengikatan CO2 mengurangi jumlah oksigen yang dapat diikat. Penurunan pengikatan karbon dioksida oleh karena peningkatan kadar oksigen dikenal sebagai efek Haldane dan penting dalam traspor karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru. Sebaliknya, peningkatan tekanan parsial CO2 atau penurunan pH akan menyebabkan pelepasan oksigen dari hemoglobin, dikenal sebagai efek Bohr
Karbon dioksida adalah salah satu mediator autoregulasi setempat suplai darah. Apabila kadar karbon dioksidanya tinggi, kapiler akan mengembang untuk mengijinkan arus darah yang lebih besar ke
jaringan yang dituju.
Ion bikarbonat sangatlah penting dalam meregulasi pH
darah. Laju pernapasan seseorang dipengaruhi oleh kadar CO2
dalam darahnya. Pernapasan yang terlalu lambat akan menyebabkan asidosis pernapasan, sedangkan pernapasan yang terlalu cepat akan menimbulkan hiperventilasi yang bisa menyebabkan alkalosis pernapasan.
Walaupun tubuh memerlukan oksigen untuk metabolisme,
kadar oksigen yang rendah tidak akan menstimulasi pernapasan. Sebaliknya
pernapasan distimulasi oleh kadar karbon dioksida yang tinggi. Akibatnya,
bernapas pada udara bertekanan rendah atau campuran gas tanpa oksigen (seperti
nitrogen murni) dapat menyebabkan kehilangan kesadaran. Hal ini sangatlah
berbahaya bagi pilot tempur. Ini juga adalah alasan mengapa penumpang pesawat
diinstruksikan untuk memakai masker oksigen ke dirinya sendiri terlebih dahulu
sebelum membantu orang lain ketika tekanan kabin berkurang, jika tidak maka
terjadi risiko tidak sadarkan diri. Menurut salah satu kajian dari Departemen Pertanian Amerika
Serikat, pernapasan orang pada umumnya menghasilkan kira-kira
450 liter (sekitar 900 gram) karbon dioksida perhari.
2.5. tekanan parsial sebuah gas seolah-olah
tekanan gas ditimbulkan sendiri jika ia berada dalam wadah itu. Hukum
Dalton kemungkinan menyatakan bahwa
tekanan total adalah jumlah tekanan parsial setiap gas. Hukum ini berlaku pada
kondisi yang sama seperti hukum gas ideal itu sendiri dengan pendekatan
Campuran gas : misalnya suatu campuran menempati sebuah wadah pada suhu
tertentu. Kita dapat definisikan tekanan sedang,tetapi cermat jika tekananya
diturunkan (Oxtoby, 2001:106)
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 .CARA KERJA
1.GAS HIDROGEN (H2)
·
Masukkan 2-3 butir logam Zn
ke dalam tabung reaksi.
·
Tambahkan 5 ml H2SO4 6 N dan
5 tetes CuSO4 10 %,segera tutup dengan tabung reaksi lain (gambar 1 a)
·
Setelah reaksi berjalan
kurang lebih satu menit,nyalakan korek api,angkat tabung reaksi yang berisi gas
hidrogen (tutupnya)secara hati-hati.
·
Amati apa yang terjadi (bola
terbentuk gas hidrogen akan terjadi letupan )
2. GAS AMONIAK (NH3 )
·
NH4Cl kristal diimpan dalam kaca arloji
·
Tambahkan NaOH 6 N dan tutup dengan corong
yang diletakkan terbalik
·
Ujung corong disumbat dengan kertas lakmus
merah yang telah dibasahi aquadest
·
Tempatkan diatas penanganan air ( gambar 2 ),
lakmus merah akan berubah menjadi biru
3. GAS KARBON DIOKSIDA (CO2 )
·
Kedalam
tabung reaksi masukan HCl encer
·
Tambahkan CaCO3 , akan terbentuk gas CO2
·
Selidiki gas tersebut dengan cara mengalirkan
ke dalam air barit atau Ba(OH)2, jika terjadi kekeruhan menandakan adanya gas
CO2
3.2.
ALAT ALAT YANG DIGUNAKAN
·
Tabung Reaksi
·
Kaca Arloji
·
Kawat Kassa
·
Bunsen
·
Beaker Glass
·
Kaki Tiga
·
Corong
·
Pipa Bengkok
3.3
BAHAN :
·
Logam Zn
·
NH4Cl
·
HCl
·
Lakmus Merah
·
H2SO4
·
CuSO4
10%
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL PERCOBAAN
1.Gas Hidrogen (H2)
Terjadi letupan
pada saat korek api didekatkan pada tabung tutup (yang berisi gas hidrogen).
2Zn (s) +
H2SO4(aq) +CuSO4(aq)————
2ZnSO4(aq)+Cu(s) +
H2(g)

2.Gas Amonia (NH3)
Terjadi perubahan
warna pada kertas lakmus dari merah menjadi biru.
NH4Cl (s)
+ NaOH (aq)————
NH4OH(aq)
+ NaCl (aq)

NH4OH(aq)
NH3(g)
+ H2O (I)


3.Gas Karbon
Dioksida ( CO2)
Terjadi kekeruhan
pada tabung yang berisi air barit atau Ba (OH)2
CaCO3 (aq) +
2HCl (aq)———
CaCl2 (aq) + H2CO3
(aq)

Yaitu dari reaksi H2CO3
(aq) yang berisi H2O (l) dan CO2 (g)
4.2. PEMBAHASAN
1.Gas Hidrogen
Penggabungan Logam
Zn 5 ml , H2SO4 5 tetes dan CuSO4 10 % ke
dalam tabung reaksi mengakibatkan reaksi kimia.Keadaan awal setelah
menambahkan,nampak pada tabung reaksi berbusa dan perubahan warna dari yang
sebelumnya berwarna biru menjadi berwarna abu abu,selain itu terdapat gumpalan
hitam menutup diameter tabung reaksi pada bagian atas.
Penutupan tabung
reaksi diatas tabung reaksi yang lainnya dimaksudkan untuk menimbun gas yang
ditimbulkan akibat reaksi tersebut.Hal ini jelas terbukti bahwa setelah kurang
lebih 1 menit tabung ditutup dan ketika dibuka dan didekatkan pada api terdapat
letupan kecil.
2.Gas Amonoak
Air yang dipanaskan
akan menguap,uap tersebut akan mengenai kaca arloji yang diatasnya terdapat NH4Cl
dan NaOH kemudian kedua zat tersebut akan menguap dan terhalang oleh kertas
lakmus.Hal ini mengakibatkan kertas lakmus yang awalnya berwarna merah menjadi
berwarna biru.Perubahan tersebut dikarenakan reaksi yang ditimbulkan
menimbulkan adanya gas amoniak didalamnya.
3.Gas Karbon
Dioksida
Pada Saat HCl
ditambahkan dengan CaCO3 terjadi endapan.Endapan tersebut
ditambahkan kembali dengan HCl dengan CaCO3 dan dialirkan ke dalam
air barit dengan menggunakan selang bengkok.
Percobaan Pertama
tidak menimbulkan perubahan apapun pada air barit.Hal ini dikarenakan
konsentrasi HCl yang terlalu pekat.Untuk itu percobaan ini diganti dengan
menggunakan amoniak pekat dengan Ba (OH)2.Setelah Penggantian
dilakukan percobaan sama dengan percobaan pertama dan didapat hasil bahwa pada
larutan air barit terjadi perubahan,dari awalnya bening menjadi keruh.Perubahan
tersebut membuktikan bahwa terdapat karbondioksida didalam air barit yang
berubah warna menjadi keruh.
BAB V
KESIMPULAN
Hasil dari
pengenalan gas hidrogen adalah dengan menghasilkan letupan yang diakibatkan
mereaksikan H2SO4 6 N dan 5 tetes CuSO4 10
%,Hasil dari pengenalan gas amoniak adalah dengan adanya perubahan pada kertas
lakmus yang sebelumnya berwarna merah menjadi biru,Hasil dari pengenalan
karbondioksida adalah dengan terjadinya perubahan pada air barit yang
sebelumnya jernih menjadi keruh.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Inti Rahmania,S.Si/modul praktikum kimia dasar/Universitas Al-Ghifari/Fakultas
MIPA/Jurusan Farmasi/Bandung/2008.
·
Brady, james E.
1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur.
Jakarta : Binarupa Aksara.
Desert Sands Casino - Casinos, poker games and entertainment
BalasHapusDesert Sands Casino 제왕 카지노 in 샌즈카지노 Reno, NV at Desert Sands Hotel 인카지노 features poker, blackjack, roulette, live dealer games, keno, craps, bingo and a variety of table games.